Kamis, 10 November 2011

Kekejaman Kasta bukti penipuan Nasionalisme


Definisi
Kasta berasal dari bahasa sanskerta yang berarti status sosial yang disesuaikan dengan pekerjaan dan nasab yang dilakukan secara turun temurun. Cara ini dipakai untuk mengkelaskan manusia dalam berbagai peringkat dari yang tinggi hingga serendah mungkin. Dengan demikian  dapat dibedakan antara orang yang terhormat dan tidak terhormat. Kasta identiknya dengan peradaban Hindu kuno mulai berkembang di India 300 SM. Agama ini  menetapkan peraturan untuk membagikan masyarakatnya dalam Kasta-kasta akhirnya peraturan  ini masih tetap berlaku sampai sekarang.  Peraturan tersebut dikenal dengan Manusastra. [1]

Pembagian Kasta
Praturan agama Hindu mentapkan pembagian manusia dalam empat tingkatan:
1.      Kasta brahmana, kaum pendeta yang dianggap orang suci.
2.      Kasta satria, terdiri dari kaum pejuang dan tentara.
3.      Kasta waisya, kaum saudagar dan pedagang.
4.      Kasta sudra, kaum melarat, kaum buruh dan sebgainnya.
Kenapa dibuat undang-undang demikian?
Menurut pemahaman agama Hindu pencipataan undang-undang tersebut (manu) berkata: “Tuhan telah menciptakan kaum Brahmana dari mulutNya, kaum ksatria dari lenganNya, kaum Sudra dari kakiNya.” Kemudian Tuhan memberi tugas kepada mereka untuk hidup di dunia ini sebagai berikut:

Kaum Brahmana ditugaskan untuk mengajarkan kitab Weda, menyampaikan nazar seseorang untuk tuhan, atau sedekah seseorang.
Kaum Satria untuk membela orang, memberi sedekah dan menerima nazar seseorang serta menjauhi hawa nafsu.
Kaum Waisya ditugaskan mengembala ternak, belajar kitab weda, berdagang dan bertani.
Kaum Sudra tidak diberi tugas secara khusus melainkan mengabdi kepada ke tiga kasta sebelumnya.

Kesitimewaan kasta Brahmana
Undang-undang kasta memberi kasta Brahmana bergam keistimewaan khusus seperti seperti yang dimiliki oleh tuhan. Undang-undang kasta itu mengatakan “Kasta berahmana kesayangan Tuhan dan penghulu segala manusia. Apa saja yang ada di dunia ini adalah untuk mereka dan mereka adalah makhluk yang termulia di muka bumi ini.”

Kasta Brahmana ini mendapat kesitimewaan khusus dalam kedudukan masyrakat:
1.     Diepebolehkan mengambil semua harta yang dimiliki oleh hamba kasta Sudra tanpa ada dosa. Karena kasta Sudra tidak ada hak menikmati kekayaan.
2.   Seorang Brahmana yang hafal (Reg Weda) kitab suci. Akan terhapus seluruh dosa-dosanya walaupun ia membunuh seluruh kasta di bawahnya.
3.    Tidak seorang rajapun diperbolehkan menarik pajak dari kasta Brahmana walaupun keuangan dalam suatu negeri megalami krisis.
4.    Jika seorang kasta Brahmana mendapat hukuman mati dari pengadilan karena suatu perbuatan tertentu yang menyalahi undang-undang, maka ia tiak oleh dilakukan kecuali hanya mencukurkan rambutnya saja.
5.      Selain kasta Brahma ia boleh dibunuh, tidak ada dosa atasnya.­

Nasib kasta Sudara
Menurut undang-undang kasta, golongan Sudra dinyatakan lebih rendah dari binatang ternak bahkan lebih rendah daripada anjing. Undang-undang kasta ini menyatakan:
“Kedudukan terbaik kasta Sudra ialah apabila  jika ia dapat berbakti terhadap kasta Brahmana tanpa sedikitpun upah yang diperolah. Mereka kaum Sudara mengacungkan tangan,  atau mengangkat tongkat kepada seorang kasta Brahmana maka tangannya harus dipotong. Jika ia menendangkan kaki,  maka kakinya harus dipotong.  Jika Sudra mengajak duduk-duduk bersama seorang Brahmana, maka raja berhak menyetrika pantatnya si Sudra. Jika ia memukul atau mencaci maki seorang Brahmana, maka si Sudra tersebut harus dipotong lidahnya. Jika ia mengatakan bisa mengetahuia sesuatu atau memiliki kepandain, maka ia harus disiram dengan minyak panas.[2]

Penutup
Demikianlah bentuk fanatisme yang sempit yang direka dan dibina oleh manusia sendiri sehingga menganggap baik perakara yang buruk. Kebenaran itu memang bersifat relatif  tapi tidak semua kebenaran bersifat realatitf. Kebenaran yang sejati adalah kebenaran yang tunggal ialah kenbenaran dari Allah dan RasulNya. Kesalahan berpikir dan menganggap baik seseuatu yang buruk termasuk celaan dan kesesatan. Begitu rendahnya menusia itu ketika ia coba untuk memuliakan dirinya sendiri dengan merendah-rendahkan orang lain. Begitu hinanya orang tersebut ketika berusaha untuk mengangkat derajatnya dengan menganggap hina orang lainnya. Itulah manusia yang belum sempat menjadi manusia. Mereka memandang suci minyak wangi yang dijatauhi bangkai. Paradigma yang keliru ini telah berakar ubmi sampai saat sekarang menjadi fenomena sekaligus pakaian cara berpikir orang-orang. Terkadang sangat berlebihan dalam memuji diri sendiri, suku, bangsa, keluarga dan lainya demi  mencapai kehormatan dan kepuasan diri senidri. Manusia yang merasa mulia dan bangga dengan diri sendiri adalah manusia yang terkutuk dan direndahi di sisi Tuhan.  Itulah orang-orang yang yang paling hina di muka bumi ini seperti kesombongan Yahudiy, Nazi, mereka semuua pengikut Iblis yang telah berlaku sombong terhadap Adam. 




[1] Abdul Hasan Ali an-Nadwi. Kerugian Dunia Karena Kemunduruan Umat Islam. Terj. Pt. Bina Ilmu Surabaya.
[2] Manusyarat bab 4- 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar